Jumat, 18 Mei 2012

Protein dari ketimun laut / GAMAT

LONDON - Protein dari ketimun laut ternyata bisa dijadikan senjata potensial untuk melawan dan menghentikan penyebaran parasit malaria. Demikian hasil studi dari para Peneliti Inggris.

Studi yang dilakukan oleh Kampus Imperial College, London yang dipublikasi dalam Plos Ptahogens yang berjudul "dengan menggunakan senjata protein sel-III bisa mencegah nyamuk melewati parasit" ini menyatakan bahwa sebuah langkah menuju pengembangan cara baru untuk mencegah penyebaran malaria telah ditemukan.

Ketika nyamuk menghisap darah pada manusia yang terinfeksi malaria, parasit malaria berkembang menjadi kompleks. Laporan ini menyebutkan, indikasi awal bahwa protein dari ketimun laut bisa menjadi sangat efektif pada lebih dari empat parasit yang berbeda yang bisa menyebabkan malaria.

"Mahluk laut seperti siput atau yang sering disebut sebagai ketimun laut yang memproduksi protein lectin bisa melemahkan pertumbuhan parasit."

Sebuah tim peneliti internasional, secara genetis mengatur nyamuk yang membawa parasit malaria untuk memproduksi protein yang sama dalam sistem perncernaan mereka ketika nyamuk-nyamuk itu makan. Studi The Plos Pathogen tersebut menemukan bahwa protein ketimun laut bisa menghancurkan pertumbuhan parasit bahkan didalam perut nyamuk tersebut.

Malaria telah menjangkiti sekira 500 juta orang per tahun di seluruh dunia, dan telah membunuh sekira 1 juta orang per tahun. Diestimasikan bahwa 40 persen dari populasi penduduk dunia sangat berisiko terhadap penyebaran mematikan ini. Guna menstimulasi nyamuk untuk memproduksi lectin, para peneliti memadukan bagian gen dari ketimun laut yang memproduksi protein dengan sebuah gen dari serangga. Hasilnya menunjukkan bahwa teknik ini sangat efektif melawan beberapa parasit yang menyebabkan malaria.

Lectin bersifat racun bagi beberapa parasit tersebut, ketika mereka masih dalam stadium dini pertumbuhan yang disebut ookinete. Biasanya, ookinete bermigrasi melalui dinding perut nyamuk, dan memproduksi ribuan sel kembar yang menyerang kelenjar keringat, dan menginfeksi manusia ketika nyamuk menghisap darah manusia.

Namun ketika terpapar lectin, ookinete langsung terbunuh sebelum mereka memulai aksinya yang mematikan untuk menginfeksi manusia. Salah satu peneliti, Profesod Bob Sinden dari Kampus Imperial College, London menyatakan bahwa hasil studi ini sangatlah menjanjikan dan menunjukkan secara genetis untuk merekayasa nyamuk dalam cara ini, telah secara jelas memberikan efek langsung pada kemampuan parasit untuk membelah selnya meskipun di dalam tubuh nyamuk sendiri.

Walau bagaimanapun, kata dia, banyak pekerjaan yang harus dilakukan sebelum teknik ini bisa digunakan untuk mengendalikan malaria. "Meskipun protein ketimun laut secara signifikan mengurangi jumlah sel parasit dalam nyamuk malaria, namun itu tidak secara total bekerja pada semua serangga.
Pada tahap pertumbuhan stadium ini, secara genetis memodifikasi nyamuk akan menjadi sangat berbahaya bagi manusia. Secara khusus tujuan kami adalah bagaimana menemukan cara untuk merekayasa nyamuk, agar parasit malaria tidak berkembang ditubuh mereka," paparnya.

Profesor Sanjeey Krishna, ahli Malaria pada Sekolah Kesehatan Rumah Sakit St George, London, menyatakan bahwa pengobatan baru untuk malaria adalah sangat penting. Sebab beberapa temuan baru, bahwa parasit malaria kini sudah mulai resisten terhadap obat-obatan artemisinin yang ada.
"Ini sangatlah penting dan merupakan langkah pertama dalam pengembangan cara baru yang potensial untuk mengendalikan infeksi malaria," ujarnya.

Ron Behrens dari London School of Hygiene and Tropical Medicine menyatakan bahwa teknik ini menunjukkan sebuah teori baru. Namun dia mengingatkan bahwa memperkenalkan nyamuk yang secara genetis sudah direkayasa akan sangat sulit untuk dipraktekkan. "Kamu harus mendapatkan versi modofikasi tersebut untuk menjadi spesies sebelum menjadi dominan, dan itu memang belum pernah dilakukan sebelumnya," tandasnya.

Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa dengan menargetkan pada protein bisa menjadi kunci membantu mengatasi pertumbuhan parasit malaria yang sudah mulai resisten dengan obat-obatan yang ada saat ini. Protein tersebut memunculkan parasit dari sel darah merah yang mampu untuk menyerang sel-sel di sebelahnya. Dengan menghalangi protein tersebut, menghentikan parasit menyerang, dan bisa membantu dalam pengembangan obat baru antimalaria.

Tim dari Institut Nasional untuk Penelitian Medis telah bekerja dengan menggunakan protein, sebuah enzim yang disebut sebagai PfSUB1 selama satu dekade. Namun hingga saat ini mereka tidak mengetahui bahwa itu bisa mempengaruhi perkembangbiakan malaria dalam tubuh.

Plasmodium falciparum parasit yang menyebabkan malaria menjadi memperbanyak diri di dalam sel darah merah sehingga parasit yang dikenal merozoites, siap untuk menginfeksi sel lainnya.

Source : Oke Sehat

Tidak ada komentar: